BAB I
PENDAHULUAN
Allah swt menurunkan al-qur’an sebagai petunjuk bagi
manusia yang didalamnya menjelaskan segala sesuatu dan tidak
akan pernah sesat orang nyang menjadikan nya sebagai pedoman bagi kehidupan
sehari-hari.maka seyogianyalah setiap orang islam harus senantiasa mempelajari
dan mengkaji apa-apa nyang ada didalamnya karena semakin banyak kita mengkaji
al-qur’an maka akan semakin banyak kita menemukan khazanah keilmuan yang ada
didalamnya serta hikmah-hikmah nyang belum kita dapat sebelumnya.maka dalam
makalah yang singkat ini kami selaku pemakalah akan mencoba menjelaskan
sebagian kecil dari ulumul qur’an yang berkisar tentang fawatih al-suwar.
Ada poin-poin yang akan kami ketengahkan sebagai berikut :
- Pegertian fawatih al-suwar
- Macam-macam fawatih al-suwar
- Pendapat ulama tentang fawatih al-suwar
- Urgensi mempelarari tentang fawatih al-suwa
Dalam
makalah yang singkat ini masih banyak terdapat kekurangan itu disebabkan karena
keterbatasan kami selaku pemakalah maka kami mohon ma’af serta keritik dan
saran sangat kami harapkan dari teman-teman demi untuk perbaikan makalah ini,
tidak lupa kami ucapkan banyak terima kasih kepada Ibu sebagai dosen yang telah
membimbing kami dalam pembuatan makalah ini, dan akhir dari segalanya kami
serahkan kepada Allah swt mudah-mudahan makalah ini dapat bermanfa’at Amin ya
rabbal ‘alamin.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Fawatih al-Suwar
Dari segi bahasa, fawatihus suwar berarti
pembukaan-pembukaan surat, karena posisinya yang mengawali perjalanan teks-teks
pada suatu surat. Apabila dimulai dengan huruf-huruf hijaiyah, huruf cenderung
‘menyendiri’ dan tidak bergabung membentuk suatu kalimat secara kebahasaan.
Dari segi pembacaannya pun, tidaklah berbeda dari lafazh yang diucapkan pada
huruf hijaiyah.[1]
Ibnu Abi Al Asba’ menulis sebuah kitab
yang secara mendalam membahas tentang bab ini, yaitu kitab Al-Khaqathir
Al-Sawanih fi Asrar Al-Fawatih. Ia mencoba menggambarkan tentang beberapa
kategori dari pembukaan-pembukaan surat
yang ada di dalam Al-Quran. Pembagian karakter pembukaannya adalah sebagai
berikut. Pertama, pujian terhadap Allah swt yang dinisbahkan kepada
sifat-sifat kesempurnaan Tuhan. Kedua, yang menggunakan huruf-huruf
hijaiyah; terdapat pada 29 surat .
ketiga, dengan mempergunakan kata seru (ahrufun nida), terdapat
dalam sepuluh surat .
lima seruan
ditujukan kepada Rasul secara khusus. Dan lima
yang lain ditujukan kepada umat. Keempat, kalimat berita (jumlah
khabariyah); terdapat dalam 23 surat .
kelima, dalam bentuk sumpah (Al-Aqsam); terdapat dalam 15 surat .
B.
Macam-macam fawatih
al-suwar
Beberapa ulama telah melakukan
penelitian tentang pembukaan surat Alquran, diantaranya sebagai yang dilakukan
al-Qasthalani. Ia mengiventarisir Fawatih al-Suwar menjadi sepuluh
macam. Sementara Ibn Abi al-Isba dalam kitabnya al-Khaqatir al-Sawanih fi
Asrar Fawatih, hanya menyebutkan lima saja.
a. Pembukan dengan pujian kepada Allah (al-istiftah
bi al-tsana).
Pujian kepada Allah ada dua
macam, yaitu:[2]
1. Menetapkan sifat-sifat terpuji kepada
Allah (al-itsbat shifat al-madhiy) dengan menggunakan
salah satu lafal berikut.
a. Memakai lafal hamdalah, yakni dibuka dengan (الحمد لله), yang terdapat dalam 5
surat.
b. Memakai lafal (تبارك),
yang terdapat dalam 2 surat.
2.
Mensucikan Allah dari sifat-sifat
negatif (tanzih ‘an sifat naqshim) dengan menggunakan lafal tasbih, (يسبح\سبح\سبح\سبحن) sebagai yang terdapat dalam
7 surat.
Berdasarkan uraian di atas, ternyata
masing-masing surat tersebut menetapkan sifat-sifat yang negatif. Surat-sufat
yang diawali dengan pujian ini memiliki tasbih itu merupakan monopoli Allah.
Dalam hal ini, tasbih dimulai dengan mashdar dan selanjutnya diikuti
dengan fi’il. Ini semua dimaksudkan agar mencakup seluruh tasbih,
sekaligus menunjukkan betapa ajaibnya Al-Quran itu.
b.
Pembukaan dengan
huruf-huruf yang terputus-putus (Istiftah bi al-huruf al-muqatha’ah).
Pembukan dengan huruf-huruf ini terdapat dalam
29 surat dengan memakai 14 huruf tanpa
diulang, yakni (ا\ي\هـ\ن\م\ل\ك\ق\ع\ك\ص\س\ر\ Penggunan huruf-huruf
tersebut dalam pembukaan surat-surat Alquran disusun dalam 14 rangkaian, yang
terdiri dari kelompok berikut:
1.
Kelompok sederhana, terdiri dari
satu huruf, terdapat dalam 3 surat, yakni (ص) (QS. Shad); (ق) (QS. Qaf); dan (ن) (QS. Nun).
2.
Kelompok yang terdiri dari dua
huruf, tedapat dalam 3 surat, yakni (حم) (QS. Al-Mu’min; QS. Al-Sajdah; QS. Al-Zukhruf,
QS. Al-Dukhan; QS. Al-Jatsiyah; dan QS.Al-Ahkaf; (طه) (QS. Thaha); (طس)
(QS. Al-Naml);
dan (يس) (QS. Yasin).
3.
Kelompok yang terdiri dari tiga
huruf, yakni (الم)
QS. Al-Bqarah, QS. Ali Imran, QS. Al-Ankabut, QS. Al-Rum, QS. Luqman dan QS.
Al-Sajdah).
4.
Kelompok yang terdiri dari empat
huruf, yakni (الر)
(QS. Al-Ra’ad) dan (المص)
(QS. Al-A’raf). Kelompok yang terdiri dari lima huruf, yakni rangkaian ((كهيعص (QS. Maryam) dan (حم عسق) (QS. Al-Syuara).
c.
Pembukaan dengan panggilan
(al-istiftah bi al-nida).
Nida ini ada tiga macam, yaitu nida’ untuk nabi, nida untuk
kaum mukminin dan nida untuk umat
manusia. .
d.
Pembukaan dengan kalimat
(jumlah) khabariah (al-istiftah bi al-jumal al-khabariayyah).
Jumlah khabariyyah di dalam pembukaan surat ada dua macam,
yaitu:
1.
Jumlah ismiyyah
Jumlah ismiyyah yang menjadi pembuka surat terdapat 11
surat, yaitu:
a.
(براءة من الله ورسوله) (Inilah pernyataan)
pemutusan hubungan dari Allah dan rasul-Nya (QS. Al-Taubah).
b.
(سورة انزلناها وفرضناها) (ini adalah) satu
surat yang Kami nuzulkan dan kami wajibkan (QS. Al-Nur);
c.
(تنزيل الكتاب من الله العزيز الحكيم)
/Kitab
Alquran ini dinuzulkan oleh Allah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana (QS.
Al-Zumar);
d.
(الذين كفروا زصلوا عن سبيل الله) (orang-orang kafir dan
menghalang-halangi (manusia), dari jalan Allah), (QS. Muhammad);
e.
(ان فتحنالك فتحا مبينا)
/ Sunngguh
kami telah, memberikan keapdamu kemenangan yang nyata (QS. Al-Fath);
f.
(الرحمان علم القران)
/Alah Yang
Maha Pemurah. Yang telah mengajarkan, (QS. Al-Rahman);
g.
(الحاقة ماالحاقة) / Kiamat, apakah hari
kiamat itu? (QS. Al-Haqqa);
h.
(ان ارسلنانوحا الي قوم) /Sungguh telah mengutus
Nuh kepada kaumnya (QS. Nuh) ;
i.
(انا انزلنه في ليلة القدر)
/Sungguh
telah menurunkannya (Alquran) pada malam al-Qadr (QS. Al-Qadr); QS.
Al-Qadr;
j.
(القارعة ما القارعة)
/Hari Kiamat,
apakah Hari kiamat itu?(QS. Al-Qari’ah);
k.
(انا اعطيناك الكوثر)
/Sungguh kami
telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak (QS. Al-Kawtsar).
2.
Jumlah fi’liyah
Jumlah fi’liyah yang menjadi pembuka
surat-surat Alquran terdapat dalam 12 surat, yaitu:
a.
(يسئلونك عن الانفال) /Mereka bertanya
kepadamu tentang pendistribusian harta rampasan perang (QS. Al-Anfal);
b.
(اتي امرالله فلا تستعجلوه) /Telah pasti datangnya
ketetapan Allah itu, maka janganlah minta disegerakan (QS. Al-Nahl),
c.
(اقترب للناس حسابهم) /Telah dekat datangnya
saat itu (QS. Al-Qamar);
d.
(قدافلل المئمنون) /Sungguh beruntung orang-orang yang beriman (QS.
Al-Mukminun;
e.
(اقتربت الساعة) /telah dekat kepada manusia hari menghisab
segala amalam mereka (QS. Al-Anbiya);
f.
(قدسمع الله قول التي تجادلك) /Seseorang telah meminta
kedatangan azab yang akan menimpanya (QS. Al-Ma’arij);
g.
(لاقسم بيوم القيامة) /Aku bersumpah dengan
hari kiamat (QS. Al-Qiyamah);
h.
(لااقسم بهذا البلاد) /Aku bersumpah dengan
kota ini, Makkah (QS. Balad);
i.
(عبس وتولي) /Dia (Muhammad) bermuka Masam dan berpaling (QS.
‘Abasa)
j.
(لم يكن الذين كفروا من اهل الكتاب) /Dia Orang-orang kafir,
yakni ahli kitab dan orang-orang musyrik (mengatakan bahwa mereka) tidak akan
meninggalkan agamanya (QS. Al-Bayyinah);
k.
(الهاكمتكاثر) /Bermegah-megahan telah melalaikan kamu (QS.
Al-Takatsur).
e.
Pembukaan
dengan sumpa (al-istiftah bi al-qasam).
Sumpah yang digunakan dalam pembukaan surat Al-quran ada
tiga macam dan terdapat dalam 15 surat.
1.
Sumpah dengan benda-benda angkasa,
misalnya (والصفات) (Demi
rombongan yang bersaf-saf) dalam QS. Al-Shaffat; (والنجم) (Demi bintang) dalam surat al-Najm; (زالمرسلات) (Demi malaikat-malaikat
yang mencabut nyawa) dalam QS. Al-Nai’at; (والسماء ذات البروج) (Demi lagit yang
memiliki gugusan bintang) dalam QS. Al-Buruj; (والسماء و الطارق) (Demi langit dan yang
datang pada malam harinya) dalam QS al-Thariq; (والفجروليال عشر) (Demi fajar dan malam
yang sepuluh) dalam QS. Al-Fajr; dan (والشمس والضحها) (Demi matahari dan cahanyanya di waktu duha)
dalam QS. Al-Syams.
2.
Sumpah dengan benda-benda bawah,
misalnya (والذاريات ذروا)
(Demi angin yang menerbangkan debu dengan sekuat-keuatnya) dalam QS.
Al-Dzariyyat; (والطور) (Demi bukit Thur) dalam QS. Al-Thur; (والتين) (Demi buah Tin)
dalam QS. Al-Thin; (والعاديت) (Demi kuda perang yang berlari kencang) dalam QS.
Al-‘Adiyat.
3.
Sumpah dengan waktu, misalnya (واليل) (Demi malam) dalam
QS. Al-Layl; (والضحي) (Demi waktu duha) dalam QS. Al-Dhuha; (والعصر) (Demi waktu) dalam
QS. Al-Ashr.
f.
Pembukaan dengan syarat (al-istiftah
bi al-syarth).
Syarat yang digunakan dalam pembukaan surat Al-Quran ada
dua macam dan digunakan dalam 7 surat, yakni:
1.
(اذالشمس كورت) / Apabila matahari digulung dalam QS.
Al-Takwir;
2.
(اذالشماء انفطرت) /Apabila langit terbelah, dalam QS.
Al-Infithar;
3.
(اذالشماء انشقت) /Apabila langit terbelah, dalam QS.
Al-Insyiqaq,
4.
(اذا واقعت الواقعة) /Apabila terjadi hari
kiamat , dalam QS. Al-Waqi’ah;
5.
(اذاجاءك المنافقون) /Apabila orang-orang
munafik datang kepedamu, dalam QS. Al-Munafiqun;
6.
(اذا زلزلت الارض زلزالها) /Apabila bumi
dogoncangkan dengan goncangan yang dahsyat, dalam QS. Al-Zaljalah;
7.
(اذاجاءنصرالله والفتح) /Apabila telah datang
pertolongan Allah dan kemenangan, dalam QS. Al-Nashr.
g.
Pembukaan dengan kata kerja
perintah (al-istiftah bi al-amr)
1.
Dengan (اقرأ) bacalah, yang hanya terdapat dalam QS. Al-Alaq
2.
Dengan (قل) katakanlah, yang terdapat dalam QS al-Jin, QS. Al-Kafirun, QS. Al-Falaq dan QS. Al-Nas.
h.
Pembukaan dengan pertanyaan (al-istiftah bi al-istifham)
Bentuk pertanyaan ini ada dua
macam yaitu:
1.
Pertanyaan, positif yang
pertanyaan dengan menggunakan kalimat positif. Pertanyaan ini digunakan dalam 4
pendahuluan surat Alquran, yaitu: (هل اتي علي الانسان حين من الدهر) Bukankah telah datang
atas manusia satu waktu dari masa dalam QS. Al-Dahr, (عم يتساءلون . عن
البإالعجيم) Tentang
apakah mereka saling bertanya tentang berita yang besar, dalam QS al-Naba,
(هل
اتاك حديث الغاشية)
Sudah datangkah kepadamu berita tentang hari pembalasan? Dalam QS.
Al-Ghasyiyah, (ارايت الذي يكذب بالدين) Tahukah kamu orang-orang yang mendustakan
agama? Dalam QS. Al-Ma’un.
2.
Pertanyaan negatif, yaitu
pertanyaan dengan menggunakan kalimat; negatif, yang hanya terdapat dalam dua
surat, yakni (الم نشرح لك صدرك) Bukankah kami telah melapangkan dadamu untukmu, dalam
QS. Al-Insyirah dan (الم تركيف فعل ربك بأصحب الفيل) Apakah kamu tidak memperhatikan bagaimana
Tuhanmu telah bertindak terhadap tentara bergajah dalam QS. Al-Fil.
i.
Pembukaan dengan doa (al-istiftah
bi al-du’a)
Pembukan dengan doa ini
terdapat dalam tiga surat. Yaitu: ويل لكل همزةلمزة (Kecelakaan bagi orang-orang yang curang) dalam QS. Al-Muthaffifin,
تبت
يدا ابي لهب وتب (Binasalah tangan Abu Lahab dan sungguh dia akan binasa) dalam
QS. Al-Lahab.
j.
Pembukaan
dengan alasan (al-istiftah bi al-ta’lil)
Pembukan dengan
alasan ini hanya terdapat dalam QS.
Al-Quraisy
(لإيلف قريش)
Karena kebiasaan orang-orang Quraisy..
C.
Pendapat Para Ulama tentang
Fawatih as-Suwar
1.
Menurut ahli tafsir
Menurut Ibnu Abbas berdasarkan riwayat Ibnu abi Hatim,
huruf-huruf itu menunjukkan nama Tuhan. Alif Lam Mim, yang terdapat dalam
pembukaan surat Al-baqarah, ditafsirkan degna Ana Allah A’lam (Akulah Allah
Yang Mahatahu). Alif Lam Ra’ ditafsirkan dengan Ana Allah Ara (Akulah Allah
Yang Maha Melihat).
2.
Mufasir Orientalis
Pendapat yang paling jauh menyimpang dari kebenaran adalah
dari seorang orientalis yang bernama Noldeke dari Jerman, yang kemudian
dikoreksi, bahwa awalan surat itu tidak lain adalah huruf depan dan huruf
belakang dari nama-nama para sahabat Nabi. Misalnya: Huruf Sin adalah dari nama
Sa’ad Bin Abi Waqosh, Mim adalah huruf depan dari nama Al-Mughiroah, huruf nun
adalah dari nama Usman Bin Affan.
3.
Menurut ahli theologi dan
tasawwuf
Kelompok theolog biasanya menafsirkan al-Qur’an untuk
melegitimasi doktrindoktrin mereka. Sebagaimana pendapat Syi’ah yang mengatakan
bahwa pengulangan dalam kelompok huruf itu dibuang, akan terbentuklah sebuah
pernyataan صراط علي علي حق (jalan yang ditempuh Ali
dalah kebenaran yang harus kita pegang). Sebagaimana syi’ah Ulama Sunni juga
membuat pernyataan sebagai bantahan bahwa yang benar adalah
السنة
مع طريقك
صح
4.
Rasyid Ridha
As-sayyid rasyid ridha tidak membenarkan al-quwaibi diatas,
karena nabi senantiasa dalam keadaan sadar dan senantiasa menanti kedatangan
wahyu. Rasyid ridha berpendapat sesuai dengan ar-Razi bahwa tanbih ini
sebenarnya dihadapkan kepada orang-orang musyrik mekkah dan ahli kitab madinah.
Karena orang-orang kafir apabila nabi membaca al-Qur’an mereka satu sama lain
menganjurkan untuk tidak mendengarkannya, seperti dijelaskan dalam surat
fushilat ayat 26.
5.
Mufasir Dari Kalangan
Syi’ah
Kelompok syi’ah berpendapat bahwa jika huruf-huruf awalah
itu dikumpulkan setelah dihapus ulangan-ulangannya maka akan berarti : “Jalan
Ali adalah kebenaran yang kita pegang teguh”. Perwakilan itu kemudian dijawab
oleh kelompok Ahlu Sunnnah, dan jawabannya berdasarkan pengertian yang mereka
peroleh dari huruf-huruf awalan itu yang juga dihapus di ulangan-ulangannya
dengan mengatakan “Benarlah jalanmu bersama kaum Ahlu Sunnah”.
Dari pendapat para ahli tentang Fawatihus Suwar, dapat
dilihat bahwa pentakwilan sebuah ayat sangat banyak macamnya. Hal ini boleh
jadi didasari oleh pendidikan dan ilmu - ilmu yang dimilikinya serta
kecenderungan mereka mengkaji Al-Qur’an secara lebih luas.[3]
D.
Hikmah Adanya Fawatih
as-Suwar
Fawatih
as-Suwar merupakan salah satu masalah yang paling rumit yang dihadapi oleh para
peneliti al-Qur'an, baik sudut ilmiah maupun historis di kalangan para sahabat
Nabi, sampai sekarang dalam penafsirannya belum menemukan secara pasti.
Meskipun demikian ditetapkan dari sejumlah pendapat-pendapat tersebut di atas
yang mendekati rasional ada tiga yaitu:
- Mereka yang mengatakan bahwa fawatih as-suwar
yang terdapat pada sebagian surat-surat al-Qur'an itu dimaksudkan untuk
mengalihkan pandangan kaum musyrikin agar mau mendengarkan al-Qur'an yang
tersusun dari huruf-huruf tersebut.
- Mereka yang berpendapat, bahwa yang
dimaksudkan dengan fawatih as-suwar itu untuk menunjukkan pandangan mereka
bahwa al-Qur'an tersusun dari huruf-huruf itu, tetapi mereka tidak mampu
membuatnya, padahal mereka sehari-harinya sering mengucapkan dengan kata-kata
huruf tersebut.
Dengan demikian maka
al-Qur'an menjadi bukti bahwa ia datang dari Allah dan bukan dari Muhammad SAW.
Kalau mereka (orang musyrikin dan ahli kitab, baik yang berada di Makkah,
Madinah atau di luar) itu jujur dengan melihat kenyataan yang ada.
- Bagi orang Arab membaca huruf-huruf (alif
lam mim dan seterusnya) seperti itu menarik perhatian sekali karena
belum pernah mereka dengar. Jadi, perhatian mereka tertuju sepenuhnya pada apa
yang akan disebutkan Rasulullah SAW. Sesudah itu pada umumnya yang diterangkan
sesudah itu ialah tentang al-Qur'anul Karim. Mukjizatnya, kebenarannya, wahyu
Allah SWT dan lain-lain soal yang sangat penting. Kalau diumpakan dalam rapat
ibarat perlu ketua rapat untuk menenangkan rahadirin agar perhatian penuh
tertuju kepada uraian ketua rapat. Inilah tafsir yang masuk akal.
Al-Qur'an
memiliki banyak keistimewaan dari segi makna dan kebahasaan. Dari segi makna,
memang banyak sekali penafsiran-penafsiran spekulatif terhadap huruf-huruf itu.
Dikatakan spekulatif karena penafsiran-penafsiran mengenai hal itu tidak
didahului pengungkapan konteks historisnya.
Menjadi
penting pula untuk diperhatikan asumsi sebagian ulama bahwa fenomena huruf
muwatta’ah sebagai fawatih as-suwar bisa jadi karakter-karakter tampilan huruf
atau kalimat yang ada di dalam al-Qur'an itu sangat kuat dipengaruhi gaya bahasa dan seni
syair bangsa Arab. Misalnya yang berhubungan dengan teori singkatan-singkatan.
Diriwayatkan oleh al-Farra’ dan az-Zajjaj bahwa suatu kaum menafsirkan
makna Qaf dengan qadhallahu ma huwa kain (Allah
menakdirkan apa yang terjadi). Mereka berpendapat dengan (kukakatakan
kepadanya: “Berhentilah!”, ia menjawab Qaf maknanya:
“Berhentilah engkau”). [4]
BAB III
PENUTUP
Adapun kesimpulan yang dapat kami ambil dari makalah ini
adalah: Fawatih as-suwar adalah pembuka-pembuka surat, karena posisinya di awal
surat dalam al-quran menurut al-Qasthalani seluruh surat dalam al-quran dibuka
dengan sepuluh macam pembukaan dan tidak ada satu surat pun yang keluar dari
sepuluh macam tersebut, sedangkan menurut Ibnu abi al-Isba’ hanya lima macam
saja
Para ulama berpendapat bahwa huruf-huruf fawatih as-suwar itu secara umum telah sedemikian azali maka banyak ulama yang tidak berani menafsirkannya dan tidak berani mengeluarkan pendapat yang tegas terhadap makna huruf-huruf tersebut.
Para ulama berpendapat bahwa huruf-huruf fawatih as-suwar itu secara umum telah sedemikian azali maka banyak ulama yang tidak berani menafsirkannya dan tidak berani mengeluarkan pendapat yang tegas terhadap makna huruf-huruf tersebut.
Adapun urgensi mempelajari fawatih as-suwar itu secara
pokok adalah sEbagaimana supaya bertambah keimanan kita dan keyakinan kita
terhadap kebenaran ayat-ayat Allah swt. Dan menjadi pedoman dalam kehidupan
kita.
DAFTAR PUSTAKA
Rofi’i, Ahmad dan
Ahmad Syadali. 1997. Ulumul Qur’an I. Bandung: Pustaka Setia.
Supiana dan M. Karman. 2002. Ulumul
Qur’an. Bandung: Pustaka Islamika.
DAFTAR
ISI
DAFTAR ISI………………………………………………………………………
i
BAB I PENDAHULUAN............................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN................................................................ 2
E.
Pengertian
Fawatih al-Suwar.................................................................... 2
F.
Macam-macam
fawatih al-suwar............................................................... 2
G.
Pendapat
Para Ulama tentang Fawatih as-Suwar..................................... 9
H.
Hikmah
Adanya Fawatih as-Suwar.......................................................... 11
BAB III PENUTUP........................................................................ 12
DAFTAR PUSTAKA