Isi tab view pertama
Isi tab view ke 2
Isi tab View ke 3
Isi Tab view ke 4

Senin, 24 September 2012

Makalah_ Mukzizat Al-Qur'an


BAB I
PENDAHULUAN

ASSALAMU ALAIKUM WR.WB
          Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah Swt, berkat rahmat dan hidayahnya kami dapat menyusun makalah  ULUMUL QUR’AN tentang MUKJIZAT AL-QUR’AN makal ini disusun dengan tujuan membantu mahasiswa dalam memahami tentang ilmu Mukjizat Al-Qur’an.
            Apabila ada kekurangan kesalahan dan kejanggalan dalam  penyusunan materi makalah kami ini, terlebih dahulu kami mohon maaf. Oleh karena itu kami sangat mengharapkan kritik, saran, dan masukan yang membangun untuk penyusunan makalah ini.

Wassalam,

Padangsidimpuan, 15 september 2012




               




BAB II
MUKJIZAT AL-QUR’AN

1.       PENGERTIAN MUKJIZAT AL-QUR’AN
               Kata ‘ijaz berasal dari kata a’jaza “melemahkan” atau “menjadikan tidak mampu”[1] atau “menetapkan kelemahan"[2] Apabila pengertian ini dikaitkan dengan risalah Nabi Saw yang membawa Al-Qur’an dapat dipahami bahwa kemukjizatan itu ditujukan untuk menjelaskan kitab ini adalah haq dan Rasul yang membawanya adalah rasul yang benar. Tidak ada satu mukjizat pun yang dapat ditandingi oleh manusia meskipun hanya untuk membuat satu surat saja.
                   Mukjizat secara terminology (istilah) oleh ulama di defenisikan dengan beberapa rumusan yaitu :
1.    Manna’ Al-Qatthan :
Yang artinya  : “Sesuatu hal luar biasa disertai tantangan dan selamat dari      perlawanan”[3].
2.    As-Suyuthi  :
Yang artinya  :     “Perkara luar biasa yang disertai tantangan dan tidak   satupun  makhluk Tuhan yang sanggup menjawab tantangan tersebut baik secara hissi maupun aqhli”[4].
3.    Muhammad Quraish Shihab
         Yang artinya :        “Suatu peristiwa luar biasa yang terjadi melalui seorang yang mengaku  Nabi, sebaga bukti kenabian nya yang di tantang orang banyak namun mereka tidak mampu melawannya”[5].
                   Defenisi yang dikemukakan Ulama di atas, secara substansial tidak terdapat perbedaan bahkan dapat di tarik suatu pemahaman bahwa mukjizat adalah hal luar biasa yang menjadi salah satu cirri dari mukjizat yang tak terkalahkan. “Ada beberapa unsur penting yang mesti ada dalam mukjizat yaitu :

a.      Peristiwa luar biasa
b.      Disampaikan oleh seorang yang mengaku Nabi.
c.      Mengandung tantangan terhadap yang meragukan kenabian.
d.     Tantangan tersebut mampu ditangkis/digagalkan”[6]
      Mukjizat adalah  sebagai keajaiban yang sukar dijangkau oleh kemampuan akal manusia Sedangkan pengertian Al –Qur’an adalah kitab suci yang diturunkan oleh ALLAH SWT melalui malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad Saw untuk di sampaikan kepada  Ummat Manusia untuk dijadikan sebagai pedoman hidup demi mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat.
                   Jadi dapat disimpulkan pengertian mukjizat Al-Qur’an adalah suatu hal yang luar biasa yang diturunkan Allah melalui malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad Saw untuk disampaikan kepada Umat nya untuk di jadikan pedoman hidup.

2.    MACAM – MACAM  MUKJIZAT
                   Mukjizat dapat dibagi menjadi dua macam :
a.       Mukjizat “BISSI” yang dapat dilihat oleh mata manusia, di dengarkan oleh telinga manusia, diraba oleh tangan, diras ole lidah, jelasnya dapat di capai oleh panca indra.
          Mukjizat ini sengaja diperlihatkan oleh manusia biasa, yakni mereka yang tidak biasa menggunakan kecerdasan pikirannya, yang tidak cakap pandangan mata hati nya, dan yang rendah budi dan perasaannya.

b.       Mukjizat maknawi ialah mukjzat yang tidak mungkin dapat dicapai dengan kekuatan panca indra, tetapi harus dicapai dengan kekuatan “aqli” atau dengan kecerdasan pikiran  Karena orang tidak akan  mungkin mengenal mukjizat melainkan orang yang berfikir sehat, bermata hati, berbudi luhur, dan yang suka mempergunakan kecerdasan pikirannya dengan cerdas dan jernih.”[7]

                         Dan secara garis besar mukjizat dapat dibagi dalam dua bagian pokok , yaitu  yang bersifat MATERIAL, indrawi lagi tidak kekal dan mukjizat   IMMATERIAl,logis lagi dapat dibuktikan sepanjang masa. Mukjizat Nabi-Nabi terdahulu kesemuanya merupakan jenis pertama, Mukjizat mereka bersifat MATERIAL dan INDRAWI dalam arti keluarbiasaan tersebut dapat disaksikan/dijangkau langsung lewat indra oleh masyarakat, tempat Nabi tersebut menyampaikan risalahnya. Contoh mukjizat yang bersifat MATERIAL, INDRAWI, yaitu ; perahu Nabi Nuh yang dibuat atas petunjuk ALLAH  sehingga mampu bertahan dalam situasi ombak dan gelombang yang demikian dahsyat ; tidak terbakarnya Nabi Ibrahim as dalam kobaran api yang sangat besar ; dan tongkat Nabi Musa yang dapat berubah menjadi ular yang besar. Semua itu bersifat MATERIAL INDRAWI, sekaligus berbatas pada lokasi tempat nabi tersebut berada. Dan berakhir dengan wafatnya masing – masing Nabi.
                   “Ini berbeda dengan mukjizat Nabi Muhammad saw yang sifatnya bukan indrawi atau material,namun dapat dipahami oleh akal karena sifatnya yang demikian, maka ia tidak dibatasi oleh suatu tempat atu  masa tertentu”.[8]
                   Umumnya mukjizat para Nabi dan Rasul itu dikaitkan dengan  risalah yang dianggap mempunyai nilai yang tinggi dan diakui sebagai suatu keunggulan dari masing – masing umatnya pada masa itu, “Misalnya ;
1.       Zaman Nabi Musa as adalah zaman tukang sihir, maka mukjizat umatnya adalah mengalahkan tukang sihir tersebut (QS.AL-A’RAF).
2.       Zaman Nabi Isa zaman kemajuan ilmu kedokteran, maka mukjizat utamanya adalahmenyembuhkan penyakit yang tidak dapat disembuhkan pengobatan biasa yaitu menyembuhkan orang yang buta sejak dalam kandungan , dan orang yang berpenyakit sofak, serta menghidupkan orang yang sudah mati”.[9]
          Zaman Nabi  Muhammad Saw, adalah “zaman kesusastraan arab maka mukjizat utamanya adalah AL-QUR’AN”[10]. Kitab suci yang ayat –ayatnya mengandung nilai – nilai sastra yang amat tinggi. Mukjizat AL-QUR’AN dapat dijangkau oleh setiap orang yang menggunakan akalnya dimana dan  kapanpun.
3.     SEGI – SEGI KEMUKJIZATAN AL-QUR’AN
        1.       Kemukjizatan Al-Qur’an dari segi kebahasaan
                   Dalam hal ini susunan bahasa  yang dipergunakan  Al-Qur’an berbeda dengan susunan arab. Susunan gaya bahasa dalam Al  - Qur’an tidak dapat disamakan dengan apapun. AL-QUR’AN bukanlah susunan syair dan prosa. Ini dibuktikan oleh tokoh-tokoh sastra arab dan ahli pidato seperti Walid Bin Mughirah, Utsbah ibnu rabi’ah dan sastrawan terkenal lainnya”.[11] Akan tetapi dengan turunnya Al-Qur’an diiringi gaya bahasa yang unik dan menawan membuat mereka terpukau. Contohnya kisah Walid Mughirah yang dating kepada nabi Muhammad Saw lalu ia berkata bahwa ucapan Muhammad Saw begitu indah dan ia tersentuh. Kemudian ia mendatangi kaumnya Bani Makhzum lalu berkata  kepada mereka “demiALLAH Ketika aku mendatangi Muhammad  aku mendengar perkataan yang bukan perkataan dari manusia dan jin, kata – katanya begitu manis dan indah padahal Walid adalah seorang sastrawan terkenal dikalangan kaumnya.
                   Peristiwa ini memberikan gambaran bahwa bukan tidak ada bentuk perlawanan yang dilakukan orang arab. Akan tetapi karena memang bahasa Al –Qur’an itu begitu tinggi sehingga mereka tidak mampu menandinginya lebih lanjut AL-baqillani menjelaskan bahwa salah satu kemukjizata Al-Qur’an yang utama terletak dari keindahan dan susunan kalimatnya yang jauh berbeda dengan system da tata urutannya yang jauh lebih umum dan di kenal luas di kalangan para sastrawan arab.
          Lebih lanjut Muhammad Quraish shihab berpendapat  bahwa sebenarnya aspek kebahasaan ini lebih terasa bagi orang-orang yg menguasai bahasa arab  sebab sebelum orang lain terpesona dengan keunikan atau kemukjizatan pesan kandungan Al-Qur’an terlebih dahulu dia akan terpuaku oleh keberadaan susunan kata dan kalimatnya yang mengandung  :
Ø                  Nada dan Langgamnya
Walaupun Al-Qur’an bukan berbentuk puisi atau syair  namun apabila orang mendengarnya maka hal pertama yang terasa di telinga nada dan langgamnya.
Ø                  Singkat dan Padat
Tidak mudah menyusun kalimat yang singkat dan sarat makna akan tetapi Al-Qur’an menghadirkannya ia memiliki keistimewaan dari segi kata dan kalimat yang sangat singkat dan padat, dapat menampung sekian banyak makna dengan penafsira yang bermacam – macam bentuk penafsiran .
Ø                  Memuakan para cendikiawan dan orang awam
Keberada Al-qur’an mampu dipahami oleh semua tingkat manusia. Ketika seorang awam memahami Al-Qur’an, ia dapat memahami sesuai tingkata dan keterbatasan kemampuannya. Kalau dipahami oleh seseorang yang mempunyai tingkat intelektual yang tinggi, ia pun akan memahami sesuai dengan kecerdasannya. Berbeda dengan karya lmiah dan artikel, disaat dibaca oleh seseorang  boleh jadi ia menilainya sangat dangkal sehingga tidak sesuai dengan selera penulis dan ilmuan, bisa juga sebaliknya sehingga ia tidak bisa dikonsumsi oleh semua orang.
Ø                  Memuaskan Akal Dan Jiwa
Allah Swt  menganugrahkan kepada manusia daya piker dan rasa atau akal dan qalbu. Akal mendorong seseorang untuk memberikan argumentasi guna mendukung pandangannya. Sementara qalbu mengantarkannya mengekspresikan keindahan dan mengembangkan imajinasinya.  Biasanya dalam bahasa, sulit untuk memuaskan keduanya[12] Tanpa mengenyampingkan yang lain salah satu diantaranya serta dirasakan secara seimbang. Untuk memerintahkan sesuatu Al-qur’an menggunakan aneka gaya, satu kali dengan perintah tegas bdi kesempatan lain dengan mengatakan suatu kewajiban.
Ø                  Kindahan Dan Ketetapan Maknannya
Tidak mudah menjelaskankeindraan bahasa  Al-Quar’an bagi yang tidak memiliki rasa bahasa arab atau pengetahuan tentang tata bahasa”. [13]
Ø                  Keseimbangan Redaksi Al-qur’an

                   Menurut Abdul al –Razaq Naufal, Al-Qur’an memiliki kesinambungan jumlah kata dengan antonimnya, sinonimnya, akibatnya, penyebabnya dan keseimbangan khusus”.[14]
a.       Keseimbangan jumlah kata dengan kata antonimnya
b.       Keseimbangan kata jumlah kata dengan kata sinonimnya
c.       Keseimbangan jumlah antara suatu kata dengan kata lain yang menunjukkan pada akibatnya.
d.      Keseimbangan jumlah kata dengan kata penyebabnya
e.       Keseimbangan Yang Bersifat Khusus

2.       Kemukjizatan Al-Qur’an Dari Segi Kandungan Pemberitaannya
          a.       pemberitaan kisah masa lalu
          b.       Pemberitaan peristiwa yang akan terjadi masa yang akan dating
3.       Kemukjizatan Al-Qur’an Dari Segi Kesempurnaan Tasyri’
                   Petunjuk yang terdapat dalam Al-Qur’an mengendung pokok ajaran yaitu aqidah, syari’ah dan ibadah. Rasyid Ridha mengatakan cerara tegas bahwa petunjuk A-Qur’an tentang  aqidah , metafisika, social dan politik merupakan pengetahuan yang sangat tinggi nilainya”.[15]
4.       Kemu’jizatan Al-Qur’an Dari Segi Isyarat Keilmuan
                   Al-Qur’an memperlihatkan keistimewaan yang melalui ilustrasi – ilustrasi ajarannya yang member isyarat kea rah pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Kesemuanya manyoritas banyak hal dalam kehidupan alam baik proses terjadinya alam, mekanisme kehidupan manusia, hewan dan tumbuh-tumbuhan.

Dari hasil penelitian, pengamatan dan kesimpulan para ilmuan muslim, terhadap dimensi keilmuan dalam al-Qur’an, terlihat bahwa al-Qur’an telah mengisyaratkan pentumbuhan berbagai bidang ilmu, baik ilmu kealaman maupun social kemasyarakatan, ilmu-ilmu tersebut adalah ;
a.         fisika
                Al-Qur’an bukan ilmu pengetahuan ataupun fisika namun ia merupakan proses penyampaian pesan ajaran. Didalam mengungkapkan berbagai ilustrasi tentang kehidupan alam yang kemudian ditangkap para ilmuan sebagai isyarat ilmu pengetahuan.
b.         Biologi
            salah satu tema penting dalam al-Qur’an sekaligus keistimewaannya adalah ungkapannya tentang reproduksi manusia yang dikenal dalam disiplin ilmu biologi”.[16]
c.         Astronomi
            astronomi merupakan salah satu tema penting al-Qur’an, cukup banyak ayat yang mengungkap benda angkasa. Allah Swt mengatakan bahwa Ia telah menundukkan benda-benda langit dan ruang angkasa serta benda-benda bumi untuk manusia”.[17]
d.         Kimia
            percampuran kimiawi merupakan sunnatullah Hukum Allah Swt.
Untuk kehidupan alamsemesta, sebab isyarat untuk kajian kimiawi juga diungkapkan al-Qur’an .
e.         Geologi
            ilmu ini berrbicara khusus tentang lapisan bumi baik dalam maupun kulit”.[18]
f.          Kesehatan
            salah satu yang jadi perhatian serius al-Qur’an adalah pembinaan budaya hidup sehat melalui tradisi hidup bersih, al-Qur’an memerintahkan setiap muslim yang hendak menghadap khaliq nyabersuci lebih dulu .
Dan masalah makanan, kita harus memperhatikan kehalallan nya apakah baik untuk kesehatan atau tidak. Misalnya memakan banghkai binatang sama saja memindahkan penyakit kedalam tubuh begitu juga ddengan daging babi yang mengandung unsure tri ahine dan syticarus teania solium”.[19]
g.         Pertanian
            pembinaan dan pengembangan ekonomi melalui sector pertanian belum menjadi tradisi dikalangan masyarakat arab pada masa Nabi. Karena itu ayat-ayat yang menyinggung masalah pertanian banyak ditampilkan dalam bentuk khabariyah secara inplisit mengandung seruan dan peringatan kepada umat islam agar memamfaatkan hamparan bumi sebagai lahan – lahan produktif. 
Diantara segi – segi kemukjizatan Al-Qur’an yang tecantum di atas, terdapat beberapa segi kemukjizatan al-Qur’an yang lainnya yaitu ;
1.    Susunan yang indah yaitu, susunan yang berbeda dengan bahasa yang ada dalam orang – orang arab.
2.    Adanya uslun yang aneh, bernbeda dengan semua uslub-uslub dalam bahasa arab.
3.    Sifat agung yang tidak mungkin lagi seorang makhlik datangkan hal seperti itu
4.    Bentuk undang-undang yang detail lagi sempurna yang melebihi setiap undang-undang manusia
5.    Menggambarkan hal-hal ghaib yang tidak mungkin bisa di ketahui kecuali dengan wahyu
6.    Tidak bertentangan dengan pengetahuan – pengetahuan umum yang dipastikan kebenarannya.
7.    Menepati janji yang di kabarkan al-Qur’an
8.    Adanya ilmu-ilmu pengetahuan yang terkandung di dalam nya”.[20]

h.       Ekonomi Dan Perdagangan
        ayat-ayat ekonomi dan perdagangan dalam al-Quran cenderung bercorak mengatur antara batas-batas yang di benerkan dan tidak. Tolak ukurnya adalah prinsip ridha sehingga tidak ada yang di rugikan dalam proses transaksi mua’malat”.[21]

4.       PERBEDAAN  PENDAPAT DIKALANGAN PARA ULAMA
                Mengenai aspek kemukjizatan  al-Qur’an ulama berbeda pendapat, ini disebabkan berbedanya sudut  pandang mereka dalam memahami al-Qur’an itu sendiri. Ungkapan I ni sebenarnya memberikan suatu pemahaman bahwa pada dasarnya al-Qur’an memiliki kemukjizatan yang sangat luas sehingga keberadaannya senantiasa relefan sepanjang zaman.
            Al-baqillani melihat kemukjizatan al-Qur’an dari tiga aspek, yaitu kandungan al-Qur’an mengenai berita ghaib, Kaum  Nabi Muhammad SAW. Dan keindahan bahasa al-Qur’an”.[22] Abu Hasan an –Nadawi memandang kemukjizatan al-Qur’an tidak hanya terletak pada aspek kebahasaan tetapi juga informasi keagamaan, pengungkapan kisah orang terdahulu dan tidak semua terungkap dalam penelitian sejarah”.[23] m usthafah Muhammad menganggap bahwa kemukjizatan al-Qur’an  tidak hanya terletak pada pengaruh bacaannya dalam lubuk hati para pendengarnya”.[24] Muhammad Quraish Shihab lebih menekankan kemukjizatan al-Qur’an dari aspek keindahan dan ketelitian redaksinya, pemberitaan ghaib dan
            Dari beberapa pendapat ulama di atas,terlihat bahwa salah satu pusat kemukjizatan al-Quran  terletak pada keindahan bahasa,kedalaman kandungannya  meliputi pemberitaan tentang yang ghaib dan  isyarat ilmiah serta tasyiri .
          Perdebatan yang muncul di antara ilmuan mengenai kemukjizatan ilmiah dalam al-Qur’an, mereka pada umumnya terbagi-bagi yaitu :
          mereka yang berpendapat bahwa al-Qur’an tidak mempunyai urusan mengenai ilmu alam. Menurut mereka masalah kemukjizatan al-Qur’an dari segi sains justru akan mengeluarkannya dari tujuan di turunkannya serta menunjukkan intervensi al-Qur’an terhadap segala yang semestinya menjadi urusan akal manusia (seperti melakukan eksperimen) ada benar dan bisa salah al-Qur’an adalah kitab suci yang diturunkan kepada manusia untuk memberikan petunjukdan menerangkan tugas serta kewajiban manusia dengan ukuran-ukuran yang berkenaan dengan akhirat. Ungkapan diatas tentu benar meskipun tidak sepenuhnya benar, Allah menghendaki bahwa pemberian petunjuk dan penerangan kepada manusia harus dicapai melalui berbagai sarana. Diantara mukjizat yang membuka pandangan dan penerangan mata hati mereka bahwa al-Qur’an memerintahkan mereka untuk melakukan perhubungan. Mereka berpendapat bahwa kemukjizatan ilmiah dalam al-Qur’an justru merupakan terobosan dan pembaruan dan mengajak manusia untuk memperoleh petunjuk Allah.  Al-qur’an telah menuntaskan masalah ini setelah Allah berjanji akan memperlihatkan kepada kita tanda – tanda kekuasaannya sebagaimana yang tercantaum dalam surah an-nahl. : 93.
          Al-qur’an mengandung kata-kata “pengutus” yang menuntaskan perdebatan antara kedua kelompok tersebut dengan penyebutan tanda-tanda kekuasaan Allah kepada makhluknya agar mereka memikirkannya dan merenungkannya untuk memasuki keimanan yang murni kepada Allah melelui kesadaran tentang keesaan dan kekuasaan Allah dalam ciptaannya. Al-qur’an menenmpuh bermacam-macam cara untuk memikirkan dan merenungkan tanda-tanda keskuasaannya.
          Didalam Al-qur’an banyak disebut langit dan bumi , matahari , bulan, bintang, dan komet meteor , mata untuk melihat , tangan untuk memegang, kaki untuk berjalan , otak untuk berfikir, mulut untuk berbicara, binatang, tumbuhan. Dll.semua itu sekedar contoh yang belum mencakup dalam hal-hal yang diperintahkan oleh Al-qur’an kepada ulul albab untuk memikirkannya dan merenungkannya. Barang siapa yang merenungkan seruan  Al-qur’an untuk memperhatikan tanda tandakekuasaannya, Allah akan menemukan seruan itu masuk kedalam jiwa orang-orang mukmin sebagai perintah, jadi masalahnya adalah kewajiban dan tugas”.[25]
                       



BAB III
PENUTUP

                   Mukjizat Al-Qur’an adalah suatu hal yang luar biasa yang diturunkan Allah melalui malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad Saw untuk disampaikan kepada Umat nya untuk di jadikan pedoman hidup.

Mukjizat dapat dibagi menjadi dua macam :
a.       Mukjizat “BISSI” yang dapat dilihat oleh mata manusia, di dengarkan oleh telinga manusia, diraba oleh tangan, diras ole lidah, jelasnya dapat di capai oleh panca indra.
          Mukjizat ini sengaja diperlihatkan oleh manusia biasa, yakni mereka yang tidak biasa menggunakan kecerdasan pikirannya, yang tidak cakap pandangan mata hati nya, dan yang rendah budi dan perasaannya.     
b.       Mukjizat maknawi ialah mukjzat yang tidak mungkin dapat dicapai dengan kekuatan panca indra, tetapi harus dicapai dengan kekuatan “aqli” atau dengan kecerdasan pikiran  Karena orang tidak akan  mungkin mengenal mukjizat melainkan orang yang berfikir sehat, bermata hati, berbudi luhur, dan yang suka mempergunakan kecerdasan pikirannya dengan cerdas dan jernih.
         
Ada beberapa segi-segi kemukjizatan  yaitu : Kemukjizatan Al-Qur’an dari segi kebahasaan, Kemukjizatan Al-Qur’an Dari Segi Kandungan Pemberitaannya, Kemukjizatan Al-Qur’an Dari Segi Kesempurnaan Tasyri’,  Kemu’jizatan Al-Qur’an Dari Segi Isyarat Keilmuan.





DAFTAR PUSTAKA

Muhammad Qurash shishab,  al-qur’an  ditinjau dari  Aspek ke bahasaan, isyarat ilmiah, dan pemberitaan ghaib (Bandung  : Mizan, 1996),
As-syuthi, Al-iqan fi ‘ulum Al-qur’an,  (Beirut ; a;-khutub, 1996), juz III
Prof.Dr.H.Said agil husin al-munawar.M.A. Al-qur’an membangun tradisi kesalehan yang hakiki
M.Quraish shihab, Mukjizat Al-qur’an (Mizan : 1996).
Abdul Ar-Razaq An-Naufal, Al-‘Ijaz-‘Adadi, (Beirut; Dar al-kutub, 1988)
Ahmad Ra,li, Peraturan-peraturan untuk memelihara kesehatan dalam Syari’at Islam, (Jakarta:balai pustaka, 1968)
Al-Baqillani, Ijaz al-Qur’an,(Kairo : Dar al-Ma’arif.
Abu Hasan an-Nadawi, al-Madkhal ila ad-Dirasah al-Qur’aniyah,(Kairo ; Dar as-Shala, 1986)
 Musthafa Muhammad, Al-Qur’an, (kairo ; Dar al-Ma’arif,



[1] Muhammad Qurash shishab,  al-qur’an ditinjau dari  Aspek ke bahasaan, isyarat ilmiah, dan pemberitaan ghaib (Bandung  : Mizan, 1996), Cet. III, hal. 23
[2] AZ-Zarqani, op.cit., zus II, h. 335
[3] Manna  Al- Qatthan. Op.cit., hal.  258
[4] Ibid ., hal. 259
[5] As-syuthi, Al-iqan fi ‘ulum Al-qur’an,  (Beirut ; a;-khutub, 1996), juz III, hal. 311
[6] Ibid., hal. 38-39
[7] Prof.Dr.H.Said agil husin al-munawar.M.A. Al-qur’an membangun tradisi kesalehan yang hakiki
[8] M.Quraish shihab, Mukjizat Al-qur’an (Mizan : 1996).
[9] Prof.Dr.H.Said agil husin al-munawar.M.A. Al-qur’an membangun tradisi kesalehan yang hakiki
[10] Prof.Dr.h. Said  Agil HusIN Al-munawar,M.A (Al-qur’an membangun tradisi kesalehan yang hakiki)
[11] Manna Al-Qatthan. Op-cit.,hal. 259
[12] Manna Al-Qatthan op.cid.,hal.266
[13] Muhammad Quraish Shihab, Mukjizat Al-QURAN..,op.cit,.h 18-81
[14] Abdul Ar-Razaq An-Naufal, Al-‘Ijaz-‘Adadi, (Beirut; Dar al-kutub, 1988),h. 18 dan 25
[15] Muhammad quraish shihab, Mukjizat al-Qur’an, op,cit, h. 222      
[16]ibid. hal.134
[17] ibid,..h.138
[18] ibid..,h.141
[19] Ahmad Ra,li, Peraturan-peraturan untuk memelihara kesehatan dalam Syari’at Islam, (Jakarta:balai pustaka, 1968),h..,52
[20] Prof.dr.h.Said.Agil husinal-munawar dalam buku al-Qur’an membangun tradisi kesalehan yang hakiki.
[21] Ibid.,h.149
[22] Al-Baqillani, Ijaz al-Qur’an,(Kairo : Dar al-Ma’arif.[t.th]),h.33-35
[23] 23Abu Hasan an-Nadawi, al-Madkhal ila ad-Dirasah al-Qur’aniyah,(Kairo ; Dar as-Shala, 1986),h.34.
[24] Musthafa Muhammad, Al-Qur’an, (kairo ; Dar al-Ma’arif,[t.th]),h. 245
[25] Ibid.,hal.,246
Comments
0 Comments

Tidak ada komentar:

Posting Komentar